Anda Harus Resign atau Hanya Butuh Cuti? Jangan Sampai Salah Langkah!

Harus Resign atau Hanya Butuh Cuti

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Dalam bekerja, ada kalanya seseorang melewati fase di mana ia mempertanyakan dirinya kembali. Benarkah ia sudah menjalani pekerjaan yang tepat? Haruskah ia menerima gaji yang lebih tinggi? Benarkah ia telah menjalani passion-nya?

Munculnya pertanyaan-pertanyaan di atas bisa dilatarbelakangi oleh berbagai hal. Di antaranya, tanggung jawab yang bertambah serta tekanan dari lingkungan. Meski awalnya Anda menyukai dan puas dengan apa yang dikerjakan, tapi setelah bekerja cukup lama, rasa bimbang dapat saja menghampiri Anda sewaktu-waktu hingga Anda merasakan adanya keinginan untuk resign.

Meski begitu, resign bukanlah keputusan yang dapat diambil secara terburu-buru. Salah langkah sedikit, penyesalan akan Anda tanggung sendiri. Lantas, bagaimana caranya untuk mengetahui bahwa mengundurkan diri dari perusahaan bukanlah jawaban dari kebimbangan Anda?

Situasi di kantor membuat tertekan

Work load yang kian berat sering jadi pemicu utama karyawan meninggalkan perusahaan. Rasa stres dan tertekan—yang terkadang membuat seseorang meragukan kemampuannya sendiri—adalah sesuatu yang wajar. Perlu Anda pahami, hal itu bukanlah pertanda bahwa Anda harus segera mencari pekerjaan baru. Besar kemungkinan Anda hanya butuh waktu istirahat, sehingga cuti adalah jalan keluarnya.

Tak hanya untuk menyegarkan pikiran, mengusir jenuh, dan recharge tenaga, kesempatan cuti juga bisa Anda manfaatkan untuk mencari inspirasi. Jadi, Anda dapat kembali ke kantor dengan semangat baru, serta ide-ide hebat yang dapat direalisasikan untuk memajukan perusahaan.

Mengajukan cuti memang tidak serta merta menggantikan rencana awal untuk mengajukan permohonan resign. Namun, paling tidak Anda bisa merenungkan rencana resign Anda dalam keadaan tenang, tanpa terganggu oleh berbagai tekanan di kantor. Dengan demikian, apapun langkah yang Anda ambil—resign ataupun tidak—bisa dipastikan merupakan keputusan terbaik.

lsp

Pentingnya memanfaatkan hak cuti dengan baik

Percayalah, Anda tak mesti menunggu keadaan mendesak untuk menggunakan hak cuti tahunan. Terutama apabila tempat kerja Anda tidak memberi jatah lebih dari yang ditetapkan pemerintah, yakni 12 hari dalam setahun. Karena itu, jangan biarkan kesempatan untuk cuti disia-siakan. Sekalipun cuti yang tidak terpakai bisa diuangkan, tapi menyempatkan diri untuk refreshing juga penting bagi kesehatan mental Anda.

Liburan atau traveling bukanlah hal terlarang bagi karyawan teladan. Justru jika Anda sadar bahwa work smart sama pentingnya dengan work hardAnda pasti mau mengakui bahwa kinerja otak dan tenaga manusia ada batasnya. Anda pun akan memanfaatkan cuti secara bijak sebagai salah satu upaya untuk mengembalikan produktivitas kerja.

Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda!

Comments

comments