Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!
Artikel ini juga dapat dibaca di . |
Pertanyaan:
Saya seorang fresh graduate yang baru mulai mencari kerja. Sejauh ini saya baru kirim lamaran ke beberapa perusahaan, jadi memang belum ada undangan interview yang masuk. Tapi saya sudah mulai baca-baca tips interview, dan katanya salah satu pertanyaan yang sering muncul itu adalah tentang kelemahan terbesar kita.
Masalahnya, saya selalu mendapat saran yang berbeda-beda mengenai cara menjawab pertanyaan ini. Saya jadi penasaran sebenarnya jawaban apa yang diharapkan perusahaan dari pelamar?
Kalau saya jawab apa adanya, saya tidak tahu apakah perusahaan mau menerima pelamar yang ingin bergabung supaya bisa belajar dan memperbaiki kekurangannya, atau justru perusahaan tak mau repot sehingga hanya menerima pelamar yang “sempurna”?
Jawaban:
Jawaban yang paling diharapkan dari pertanyaan tersebut sebetulnya ada tiga hal:
- Kandidat mengakui bahwa dirinya memiliki kelemahan,
- Kandidat menyadari bahwa kelemahan tersebut bukan merupakan faktor kritis dalam pekerjaan yang dilamarnya,
- Kandidat menunjukkan upaya konkret yang telah dilakukannya untuk dapat memperbaiki kelemahan tersebut di masa yang akan datang.
Meskipun termasuk salah satu pertanyaan yang paling sering ditanyakan dalam interview, tapi harus diakui bahwa tidak semua kandidat siap untuk menjawab pertanyaan mengenai kelemahan terbesar mereka. Bahkan, terkadang karena kebingungan mereka lantas memberikan jawaban secara asal. Misalnya, “Saya gemar begadang,” atau jawaban yang sangat “textbook” seperti, “Saya orang yang perfeksionis,” atau malah jawaban yang terlalu percaya diri seperti, “Saya hanya punya satu kelemahan, yaitu tidak berhasil menemukan satu pun kelemahan dalam diri saya.”
Mengacu pada ketiga hal yang disebutkan di atas, maka jika seandainya saya melamar untuk posisi HR Officer di sebuah perusahaan, maka saya bisa memberikan jawaban sebagai berikut, “Kelemahan terbesar saya sejauh ini adalah saya cenderung mempercayai intuisi ketika bertemu dengan orang baru, sehingga secara tidak sadar saya menilai orang tersebut berdasarkan intuisi saja dan kurang objektif. Akan tetapi, saat ini saya sedang berusaha untuk menjadikan intuisi tersebut hanya sebagai salah satu faktor untuk menggali lebih jauh kepribadian orang lain, sehingga saya bisa mengenalnya dengan lebih baik dan mendapat gambaran yang jauh lebih objektif.”
Bila kita coba bedah jawaban tersebut:
- “Kelemahan terbesar saya sejauh ini adalah…” – saya mengakui bahwa saya memiliki kelemahan.
- “Saya cenderung mempercayai intuisi ketika bertemu dengan orang baru…” – ini merupakan kelemahan yang tidak terlalu kritis dalam posisi yang saya lamar, karena intuisi dalam beberapa hal justru sangat diperlukan oleh profesional yang berkecimpung di bidang HR.
- “Sehingga secara tidak sadar saya menilai orang tersebut berdasarkan intuisi saja dan kurang objektif.” – ini merupakan contoh nyata dari kelemahan yang saya miliki untuk menjelaskan kalimat sebelumnya.
- “Akan tetapi, saat ini saya sedang berusaha untuk menjadikan intuisi tersebut hanya sebagai salah satu faktor untuk menggali lebih jauh kepribadian orang lain, sehingga saya bisa mengenalnya dengan lebih baik dan mendapat gambaran yang jauh lebih objektif.” – ini merupakan bagian dari upaya konkret yang saya lakukan untuk memperbaiki kelemahan tersebut, agar tidak lagi menjadi faktor penghambat di masa yang akan datang.
Itulah sebabnya saya selalu menyarankan fresh graduate untuk selalu mencoba menganalisa faktor-faktor yang menjadi kelebihan maupun kekurangan mereka dengan mengabaikan latar belakang pendidikan, cita-cita, ataupun gelar sarjana yang mereka raih.
Bila Anda mampu menjadi diri sendiri dan lepas dari segala atribut yang Anda miliki, maka Anda akan lebih mudah menilai diri Anda dengan lebih objektif. Hal ini juga akan mudahkan Anda untuk menemukan karier ataupun profesi yang dapat mengoptimalkan segala kelebihan Anda dan meminimalisir kekurangan Anda.
Semoga Anda sukses dalam membangun karier di masa yang akan datang!
Tentang Haryo Utomo Suryosumarto
Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.