Suka dan Duka Karyawan TI

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Pada pertengahan Mei 2017 lalu, dunia diramaikan dengan kemunculan sebuah program berbahaya jenis ransomware bernama Wanna Decryptor alias WannaCry. Program jahat ini bekerja dengan cara mengunci komputer dan mengenkripsi semua data di dalamnya, sehingga komputer tak dapat diakses.

Dua rumah sakit besar di Jakarta dikabarkan turut menjadi korban. Alhasil, WannaCry sukses membuat banyak perusahaan kalang kabut! Jika perusahaan tidak sigap atau telat mengambil tindakan, maka data-data penting perusahaan bisa musnah dalam sekejap.

Pada saat seperti itulah, jasa karyawan TI (teknologi informasi) sangat dibutuhkan. Setelah Kementerian Komunikasi dan Informatika menyampaikan imbauan resmi terkait langkah-langkah mengatasi ransomware WannaCry, perusahaan-perusahaan pun mengerahkan tim TI untuk menyelamatkan data-data penting perusahaan yang tersimpan di semua komputer, termasuk laptop yang digunakan oleh para karyawan.

Proses penanganan dimulai dari memutuskan koneksi Internet, melakukan back up data, hingga menonaktifkan sejumlah program di komputer. Nah, coba Anda bayangkan, bagaimana penanganan ini dilakukan di perusahaan besar dengan ribuan karyawan dan ribuan perangkat komputer?

Kehadiran ransomware yang menggemparkan ini tak ayal ‘mengangkat’ nama tim TI di setiap perusahaan dan seluruh dunia. Para jagoan TI inilah yang berjasa menyelamatkan data perusahaan dari kemusnahan.

Terlepas dari peran karyawan TI dalam mengatasi masalah keamanan data dan komputer perusahaan, seperti apa sih suka dan duka yang mereka alami sehari-hari? Berikut Jobplanet paparkan beberapa di antaranya.

Suka karyawan TI

  1. Gaji relatif tinggi

Pada tahun 2016, riset Jobplanet mengungkapkan rentang gaji beragam profesi TI di Indonesia. Dari situ dapat terlihat bahwa profesi di bidang IT Quality Assurance, Information System, Project Consultant, dan Network/Security memiliki rentang gaji paling besar, di mana nominal gaji tertinggi mencapai angka Rp50.000.000.

Pesatnya perkembangan teknologi memang membuat para ahli TI diburu oleh perusahaan, apa lagi dengan semakin banyaknya startup digital yang terus membutuhkan tenaga developer. Padahal, jumlah SDM di bidang TI masih terbilang terbatas. Itulah mengapa sejumlah perusahaan berani menggaji karyawan TI mereka dengan nilai yang tinggi.

  1. Profesi yang dipandang keren

Harus diakui bahwa setiap orang tentu punya kelebihan yang tak dimiliki para profesional di bidang lain. Namun, mengingat teknologi kini merajai segala bidang, posisi tenaga TI profesional pun semakin kuat. Hal ini pula yang membuat mereka semakin dipandang keren.

Di mata orang awam, keahlian tenaga TI sering diam-diam dikagumi. Meskipun masyarakat Indonesia kini semakin melek teknologi—salah satunya ditandai dengan angka pengguna smartphone yang terus meningkat—tapi tetap saja keberadaan para ahli TI selalu dibutuhkan.

 

Duka karyawan TI

  1. Dituntut untuk siaga

Karena sebagian besar perusahaan sangat bergantung pada teknologi, maka karyawan TI dituntut untuk siaga dan kapanpun selalu siap melayani kebutuhan perusahaan. Terlebih lagi jika mereka bekerja di perusahaan besar atau perusahaan yang bergerak pada bidang konsultasi teknologi yang menangani kebutuhan klien. Seandainya terjadi kendala atau gangguan di luar jam kantor, tak ada alasan bagi mereka untuk menunda pekerjaan hingga keesokan harinya.

Bekerja melebihi jam normal bukan hal baru bagi karyawan TI. Bahkan tidak sedikit yang terpaksa masuk kantor pada saat akhir pekan, atau harus  bersedia diganggu tengah malam jika ada jaringan yang bermasalah. Begitu pula ketika keamanan sistem terancam, mereka harus menjadi orang terdepan yang mengambil tindakan agar aktivitas kantor tidak terganggu.

 

  1. Terlalu diandalkan

Ketika perusahaan menghadapi ancaman keamanan jaringan, seperti pada saat kemunculan ransomware WannaCry, tim TI diharapkan untuk menjadi pahlawan penyelamat. Ketika masalah teratasi, mereka tentu akan dielu-elukan sebagai pahlawan.

Sayangnya, banyak orang—termasuk rekan-rekan kerja dari divisi lain—juga mengira dan menuntut mereka untuk serba bisa. Tak jarang mereka meminta bantuan rekannya yang bekerja di bidang TI untuk menangani hal-hal di luar tanggung jawab mereka. Banyak orang beranggapan bahwa apapun masalah yang ditemui, selama ada kaitannya dengan perangkat elektronik, maka hal itu bisa diserahkan pada tim TI. Padahal, setiap karyawan TI punya keahlian masing-masing.

Selain itu, banyak pula orang yang belum paham bahwa ada hal-hal atau masalah TI yang dapat terjadi di luar kendali tim TI. Alhasil, ketika ada isu teknis yang terjadi, karyawan TI menjadi pihak yang langsung disalahkan.

 

Hal-hal di atas mungkin sudah tak asing lagi bagi Anda, karyawan TI. Namun, jika Anda baru berkeinginan untuk berkarier di bidang ini, ada baiknya Anda pertimbangkan dulu suka dan duka bekerja sebagai karyawan TI. Tentunya perlu diingat bahwa setiap profesi pasti memiliki suka dan dukanya sendiri.

Sebagai calon karyawan, ada hal penting yang perlu Anda lakukan sebelum mulai melayangkan surat lamaran ke perusahaan tujuan. Lakukan riset untuk mempelajari seluk-beluk perusahaan yang ingin Anda tuju. Jangan lupa membandingkan review perusahaan tersebut dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang ada di Jobplanet.

Dengan mengetahui informasi seputar perusahaan—seperti apa budaya dan pengalaman kerja para karyawannya—Anda sudah beberapa langkah lebih maju dalam mempersiapkan diri menghadapi lingkungan kerja yang baru.

Comments

comments