Mengapa Ada Perusahaan yang Hanya Merekrut Lulusan Perguruan Tinggi Tertentu?

Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!


 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Pertanyaan:

Dear Jobplanet,

Saya pernah sekali dua kali menemukan lowongan yang ditujukan khusus bagi lulusan perguruan tinggi tertentu, dan saya juga sering dengar kalau ada perusahaan yang mayoritas karyawannya berasal dari perguruan tinggi yang dikenal sebagai “universitas terbaik”.

Saya paham perguruan tinggi yang dimaksud memang dikenal dengan lulusan-lulusannya yang berprestasi, tapi saya percaya banyak lulusan perguruan tinggi lain yang tak kalah kompeten bahkan mungkin melebihi mereka, sehingga harusnya mereka semua punya kesempatan yang sama.

Saya ingin tahu, apa sesungguhnya latar belakang perusahaan merekrut karyawan dengan cara tersebut?

Jawaban:

Meskipun tidak semuanya, namun sejumlah perusahaan di Indonesia terkadang memang memiliki preferensi mengenai kandidat pegawai ideal versi mereka. Salah satu preferensi tersebut adalah kandidat yang bersangkutan harus merupakan lulusan perguruan tinggi tertentu. Hal ini bisa disebabkan beberapa hal, misalnya karena “fanatisme almamater”.

Pernah saya temui seorang Presiden Direktur sebuah perusahaan yang menjadi klien saya, yang adalah lulusan salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka di Indonesia. Beliau menginginkan para manager di perusahaannya juga merupakan alumni dari perguruan tinggi yang sama dengan dirinya. Pemikiran beliau adalah agar tim manajerial lebih mudah dalam bekerja sama, karena mereka berasal dari almamater yang sama, sehingga setidaknya mereka memiliki satu kesamaan yang menjadi dasar untuk dapat bekerja secara lebih kompak.

Bisa juga preferensi untuk hanya merekrut lulusan perguruan tinggi yang masuk kategori “universitas terbaik” didasari pemikiran bahwa ujian masuk ke “universitas terbaik” itu jauh lebih sulit dibandingkan dengan ujian masuk perguruan tinggi lainnya, sehingga hanya calon mahasiswa yang dinilai memiliki kualitas tinggi dari sisi akademis saja yang bisa diterima oleh perusahaan.

Hal itu diikuti pula dengan kualitas tenaga pengajar yang relatif jauh lebih baik, ekspektasi akademis yang jauh lebih tinggi, dan lingkungan kampus di mana tingkat kompetisi untuk berprestasi tinggi juga jauh lebih ketat.

Ibaratnya tukang kayu, para lulusan “universitas terbaik” diasumsikan sudah dibekali dengan segala jenis perlengkapan yang memadai agar masing-masing dapat menjelma menjadi tukang kayu yang memiliki kompetensi tinggi. Mereka sudah mempelajari dasar-dasar keilmuan sebagai tukang kayu serta pengetahuan untuk dapat memanfaatkan segala jenis perlengkapan yang dimilikinya.

Akan tetapi, asumsi tersebut dapat keliru karena kondisi di lapangan bisa saja jauh berbeda dengan apa yang dibayangkan. Pada kenyataannya, banyak tukang kayu yang sudah berpengalaman justru jauh lebih menguasai situasi untuk menghasilkan solusi terbaik bagi permasalahan yang sedang dihadapi, meskipun mereka jelas bukan berasal dari “universitas terbaik”.

Jadi kesimpulannya, Anda tidak perlu terlalu risau dengan hal tersebut. Daripada memfokuskan pada pertanyaan mengapa saya tidak boleh melamar di perusahaan tersebut, lebih baik mencari perusahaan lain yang terbuka untuk menerima Anda, lalu mengubah pertanyaannya menjadi bagaimana caranya supaya saya bisa memberikan hasil kerja terbaik bagi perusahaan dan mendapatkan pengalaman yang berharga bagi perkembangan karier saya ke depannya.

Selama 10 tahun menjadi headhunter, tidak sedikit saya temukan lulusan universitas yang bukan merupakan kategori “universitas terbaik” yang bisa sukses dan mendapatkan kompensasi yang memukau—jauh lebih tinggi dibandingkan para lulusan “universitas terbaik” yang notabene masuk kategori “orang-orang terpilih”.

Ini merupakan bukti nyata bahwa pada akhirnya ketika pengalaman yang berbicara, tidak menjadi masalah lagi di universitas mana dulu Anda menuntut ilmu, melainkan kontribusi apa yang bisa Anda berikan kepada perusahaan dengan segudang pengalaman yang Anda punya.

Silakan dibaca juga kolom Ask the Expert tanggal 22 April 2017 yang relatif masih ada kaitannya dengan pertanyaan Anda.


Tentang Haryo Utomo Suryosumarto

Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.

Comments

comments