Gaya-gaya Bekerja yang Harus Dihindari

Gaya-gaya Bekerja yang Harus Dihindari

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Kerja keras itu perlu. Bukan hanya karena Anda digaji untuk melakukannya, tapi juga karena manfaatnya dalam mengembangkan potensi diri. Akan tetapi, kadang kala seseorang salah mengartikan inti kerja keras dan justru menerapkan gaya bekerja yang salah. Akibatnya, kehidupan jadi tidak seimbang, hasil kerja tidak optimal, Anda pun sulit merasa bahagia.

Untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi, ada baiknya Anda kenali dulu gaya-gaya bekerja yang harus dihindari:

1. Menyepelekan waktu istirahat

Saking kerasnya bekerja, Anda tak lagi mengenal kata istirahat. Selama berada di kantor, pikiran Anda benar-benar terpaku pada pekerjaan yang ada di depan mata. Saat waktu makan siang tiba pun, Anda nyaris tak pernah beranjak dari meja kerja dan lebih memilih menyantap makan siang di meja kerja sambil meneruskan pekerjaan. Cara ini tentu tidak efektif karena fokus Anda yang terbagi.

2. Lembur setiap hari

Di saat karyawan lain bersemangat pulang tenggo alias pulang tepat waktu, Anda justru memilih untuk meneruskan pekerjaan di kantor hingga larut malam, sekalipun bukan dalam keadaan mendesak. Seorang workaholic memang terbiasa melakukan hal ini karena ia sangat berorientasi pada kuantitas kerja. Padahal, bekerja dengan target jelas jauh lebih baik daripada bekerja tanpa batas.

3. Memegang kendali atas semua pekerjaan

Karyawan dengan gaya bekerja seperti ini berpotensi untuk menjadi seorang micromanager. Dia terbiasa melakukan segala sesuatu seorang diri, dan sering kali kurang percaya pada kemampuan rekan kerjanya. Karenanya, dia tak akan keberatan mengambil alih area kerja orang lain demi memastikan bahwa pekerjaan tersebut tuntas seperti yang diharapkan. Hal ini sama saja dengan menambah beban sendiri.

4. Memusingkan hal kecil

Kepedulian Anda yang tinggi terhadap pekerjaan mungkin menjadikan Anda karyawan teladan. Bahkan Anda begitu peka menangkap sekecil apapun kesalahan yang terjadi di perusahaan. Sayangnya, sifat ini tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir jernih untuk mencari solusi. Anda cenderung mudah stres, panik, dan memusingkan hal-hal kecil, walau semestinya konsentrasi Anda bisa dialihkan untuk hal lain.

Work hard dan work smart merupakan dua hal yang harus berjalan beriringan. Sementara keempat ciri di atas jelas bukanlah contoh yang patut ditiru, sebab sang karyawan tidak bersandar pada gaya bekerja yang cerdas. Jadi, apabila Anda ingin berhasil dalam karier, pastikan Anda melakukan keduanya!

Comments

comments