Bagaimana Menghadapi Pertanyaan HRD yang Menyudutkan?

Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!


 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Pertanyaan:

Dear Jobplanet,

Saya karyawan dengan pengalaman kerja total kurang dari 4 tahun. Belum lama ini saya diundang untuk wawancara HRD di sebuah perusahaan. Sebelumnya saya memang sudah bekerja di beberapa perusahaan dan waktu terlamanya adalah satu tahun. HRD menyadari itu dan menanyakannya saat wawancara. Akhirnya sebagian besar waktu wawancara habis untuk membahas pengalaman saya yang seperti kutu loncat.

Saya tahu HRD kadang memberi pertanyaan yang terkesan menyudutkan dengan maksud menguji pelamar. Tapi, saat itu saya merasa caranya agak berlebihan sehingga membuat saya bertanya-tanya, kenapa saya diundang wawancara kalau memang pengalaman saya yang sering berpindah-pindah kerja sepertinya masalah besar untuk dia?

Saya juga ingin tahu, apakah sebenarnya ada batasan khusus buat para HRD ketika menguji kandidat? Sampai sejauh mana hal itu diperbolehkan?

Apakah boleh jika saya menolak untuk menjawab pertanyaan yang menurut saya menyudutkan saya?

 

Jawaban:

Saya selalu berprinsip bahwa wawancara adalah proses eksplorasi dua arah antara perusahaan dan kandidat untuk saling mencari kecocokan demi terjalinnya sebuah hubungan kerja yang sinergis. Tentu saja itu semua diawali dengan proses wawancara yang membuat kedua belah pihak merasa nyaman untuk saling mengenal satu sama lain.

Salah satu tujuan pewawancara mengajukan berbagai pertanyaan adalah untuk mendapatkan fakta sebanyak dan seakurat mungkin mengenai pengalaman kerja serta kualifikasi Anda sebagai kandidat. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan bisa mempertimbangkan berbagai faktor secara objektif mengenai layak atau tidaknya Anda untuk diproses ke tahapan rekrutmen selanjutnya.

Indonesia memang belum seperti Amerika atau sebagian negara-negara Eropa, di mana terdapat peraturan hukum yang membatasi atau melarang pewawancara untuk menanyakan hal-hal tertentu yang tidak terkait langsung dengan pekerjaan. Jadi, di sini sah-sah saja bagi pewawancara untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin membuat kandidat merasa tersudutkan, termasuk secara agresif menggali fakta bahwa Anda merupakan kutu loncat.

Ketenangan Anda sangat diperlukan ketika menghadapi situasi seperti ini dalam tahap wawancara kerja, karena memang bisa jadi ini merupakan salah satu model wawancara yang sengaja diterapkan pewawancara untuk melihat seberapa tenang Anda dalam menghadapi situasi di bawah tekanan, atau yang lazim disebut sebagai pressure interview.

Jawablah semua pertanyaan dari si pewawancara dengan kepala dingin, jangan baper, dan jangan hiraukan nada pertanyaannya yang mungkin agak tinggi. Ketenangan Anda dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti ini dengan tetap mengacu pada fakta serta apa yang bisa Anda kontribusikan ke perusahaan, bisa menjadi nilai tambah Anda di mata pewawancara.

Apapun keputusan yang Anda ambil dalam berkarier tentu akan membawa konsekuensi ke depannya. Begitu pula dengan keputusan Anda untuk berpindah-pindah pekerjaan dalam waktu singkat. Salah satu konsekuensi yang harus siap Anda hadapi adalah munculnya berbagai pertanyaan dari setiap perusahaan baru yang Anda lamar mengenai alasan Anda menjadi kutu loncat. Masalahnya, ada pewawancara yang menanyakannya sambil lalu, tapi ada juga yang menanyakan secara sangat mendetail.

Apapun yang ditanyakan oleh pewawancara, pastikan Anda siap dan tidak bosan memberikan penjelasan secara logis mengapa Anda gemar pindah pekerjaan, dan siap pula memberikan keterangan mengenai apa yang sebetulnya Anda cari dalam berkarier.


Tentang Haryo Utomo Suryosumarto

Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.

Comments

comments