4 Hal yang Dirasakan Pekerja Rantau di Bulan Ramadhan

4 Hal yang Dirasakan Pekerja Rantau di Bulan Ramadhan

Mengadu nasib di luar kota demi meraih kehidupan yang lebih layak menjadi pilihan banyak orang. Dengan harapan bisa memiliki masa depan yang cerah serta membanggakan keluarga, mereka pun rela hijrah dari daerah asalnya dan hidup jauh dari orang-orang tersayang. DKI Jakarta sendiri dianggap sebagai destinasi favorit para perantau.

Melakukan segala sesuatu seorang diri di tanah rantau tentu membuat para pekerja ini terbiasa mandiri. Akan tetapi, kesendirian itu pula yang membuat mereka merindukan kampung halaman, tak terkecuali suasana selama bulan Ramadhan. Nah, berikut ini beberapa hal yang sering dirasakan para pekerja rantau di bulan Ramadhan.

1. Terlambat karena kesiangan itu biasa

Di bulan Ramadhan, kebanyakan perusahaan menyesuaikan waktu kerjanya agar para karyawan dapat menjalani ibadah yang berkualitas. Selain waktu yang lebih singkat, jam masuk kantor juga biasanya lebih awal dari hari-hari normal. Nah, bagi mereka yang tinggal seorang diri di kamar kos, hal ini mungkin menjadi sebuah tantangan.

Keharusan bangun pagi-pagi buta untuk melaksanakan sahur kerap menjadi alasan karyawan untuk datang terlambat. Pasalnya, tidak ada keluarga yang membangunkan mereka untuk ke kantor. Tak heran kalau rapor absensi mereka di bulan Ramadhan pun berwarna merah. Padahal, sayang sekali kan kalau ada hak mereka yang harus dipotong sebagai hukuman.

2. Tak perlu buru-buru pulang

Meskipun masuk kantor lebih pagi, tapi asyiknya kerja di bulan Ramadhan adalah bisa pulang lebih awal. Kalau Anda tinggal dengan keluarga yang menanti di rumah dengan menu berbuka yang lezat, jam pulang kantor tentu sangat dinanti-nanti. Sebisa mungkin Anda akan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu agar tak perlu lembur dan berbuka di kantor.

Sebaliknya, berada di kota rantauan hanya bersama rekan-rekan kerja membuat Anda merasa tak perlu buru-buru pulang. Anda pasti lebih pilih buka bersama mereka daripada seorang diri di kamar kos. Nah, beruntung lagi jika tempat kerja Anda juga menyediakan makanan berbuka seperti beberapa perusahaan di sini. Anda jadi tak perlu khawatir pengeluaran membengkak karena sering makan di luar.

3. Uang THR berarti lebih besar

Karyawan mana yang tak bahagia saat dapat THR? Bedanya, kebahagiaan tersebut biasanya berarti lebih besar buat para pekerja rantau. Mereka mungkin tidak bisa setiap saat pulang kampung. Namun, sekalinya tiba masa-masa Lebaran, mereka harus siap merogoh kantong dalam-dalam untuk membiayai perjalanan mudik, membeli oleh-oleh untuk sanak saudara, serta memberi “THR” untuk para keponakan di sana.

Sesuai ketentuan pemerintah, THR paling lambat diberikan kepada karyawan 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya. Nah, bayangkan kalau tempat kerja Anda sering lari dari kewajiban seperti sejumlah perusahaan di sini. THR terlambat cair, rencana mudik pun jadi gagal!

4. Memperpanjang cuti itu wajib

Berhubung jarang pulang, maka Anda tak mungkin kan hanya menghabiskan satu atau dua hari di kampung halaman? Sayangnya, cuti bersama yang diberikan pemerintah terkadang tidak cukup untuk memuaskan rasa rindu dengan keluarga. Alhasil, mereka yang masih ingin berlama-lama di kampung halaman sering kali memperpanjang cutinya. Tak heran kalau di hari-hari pertama kegiatan perkantoran dimulai, lalu lintas jalan Ibu Kota masih lancar.

Meskipun banyak rintangannya, tapi bekerja di bulan Ramadhan—khususnya di kota rantauan juga memiliki banyak keuntungan kok. Kuncinya ada pada diri Anda sendiri. Kalau Anda mencintai pekerjaan yang dijalani, segala pengorbanan yang dilakukan pasti akan terbayar. Untuk itu, tetap semangat!

Comments

comments