3 Pelajaran Berharga yang Wajib Diketahui Karyawan Milenial

Pelajaran Berharga yang Wajib Diketahui Karyawan Milenial

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Sebagai generasi yang mendominasi dunia kerja, topik seputar karyawan milenial seperti tak ada habisnya. Keberadaan mereka tampak begitu istimewa, mengingat sebutan “milenial” selalu disinggung di mana-mana. Demi merebut hati mereka, perusahaan pun bersedia menyelaraskan nilai-nilai yang dianutnya dengan budaya kerja yang ideal di mata generasi muda ini.

Sepintas diamati, upaya perusahaan untuk melawan isu loyalitas karyawan milenial seperti berlangsung satu arah. Segala cara mereka lakukan guna mengakomodasi kebutuhan dan ekspektasi, serta mempertahankan karyawan milenial. Akan tetapi, bagaimana dengan karyawan itu sendiri? Apakah mereka hanya duduk manis menikmati benefit yang disuguhkan?

Nah, berikut ini tiga pelajaran berharga di dunia kerja yang wajib diketahui karyawan milenial:

1. Tidak semua hal harus instan

Meningkatnya jumlah startup atau perusahaan rintisan lokal yang dipimpin oleh para angkatan muda jelas menginspirasi kaum milenial. Fenomena ini berhasil membukakan mata mereka bahwa peluang sukses di usia muda bukan hal yang mustahil. Sayangnya, tak banyak dari mereka yang tahu seperti apa perjuangan sesungguhnya di balik pencapaian tersebut.

Hidup di era global membuat generasi milenial terbiasa mendapatkan segala sesuatu secara mudah dan instan. Faktanya, tidak semua hal demikian. Meski ada sejumlah orang yang hanya butuh waktu singkat untuk meraih kedudukan tinggi nan bergengsi, tapi percayalah, hasil tak akan pernah mengkhianati usaha dan kerja keras seseorang.

2. Buktikan dulu sebelum menuntut

Mengamati budaya organisasi modern yang dipelopori Google, banyak kaum milenial yang kemudian mendambakan tempat kerja yang fun, dengan fasilitas hiburan lengkap serta beragam fleksibilitas, mulai dari pakaian hingga jam kerja. Bagi mereka, itulah gambaran perusahaan yang ideal. Padahal, menerapkan “konsep Google” tak bisa sembarangan.

Netflix, misalnya, perusahaan penyewaan film online ini dikenal unik karena tidak menerapkan peraturan kerja bagi karyawannya. Meski terbilang berani, namun langkah tersebut mereka ambil karena karyawan-karyawan yang mereka pekerjakan benar-benar bermutu tinggi, serta dipercaya mampu berkembang di tengah kebebasan.

Belajar dari kedua perusahaan di atas, maka ada baiknya sebelum menuntut banyak hal, karyawan milenial terlebih dahulu membuktikan bahwa mereka benar-benar punya skill dan mutu yang layak diperhitungkan. Dengan begitu, perusahaan bisa melihat bahwa karyawannya memang merupakan aset bernilai yang berhak dihargai tinggi.

3. Yang nyaman itu tak selalu baik

Berpindah-pindah kerja bak kutu loncat sudah jadi ciri khas yang melekat pada diri karyawan milenial. Kabarnya, karyawan generasi ini cepat merasa bosan dan tidak betah berlama-lama di satu perusahaan. Sedikit saja merasa tidak nyaman dengan beban kerja atau gaya kepemimpinan atasan, mereka lantas bergegas mencari tempat kerja baru.

Tentunya tak semua karyawan milenial mengeluhkan hal yang sama. Namun, khusus untuk para job-hoppers, mereka perlu menyadari bahwa terkadang seorang karyawan harus memaksa dirinya keluar dari zona nyaman. Jika tidak, maka ia akan sulit berkembang, sehingga langkahnya pun semakin jauh dari kesuksesan.

Comments

comments