3 Kebiasaan yang Harus Ditinggalkan oleh Kandidat Berkualifikasi Tinggi

Kandidat Berkualifikasi Tinggi

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Bagi calon first jobbber, tentu bukan hal yang mudah untuk menarik perhatian perusahaan. Pengalaman yang terbatas sering kali menghalangi kepercayaan diri mereka ketika melamar kerja. Dengan modal CV yang masih seadanya, para kandidat ini haruslah bermental kuat. Pasalnya, jumlah pelamar dengan kualifikasi yang sama dengan mereka tidaklah sedikit, sehingga persaingan menjadi sangat ketat.

Hal demikian tidak terjadi pada mereka yang bukan lagi newbie di dunia profesional, atau setidaknya punya kualifikasi yang tinggi. Hanya saja persoalannya, pengalaman dan skill yang mumpuni kadang kala membuat seseorang bersikap tinggi hati dan terlalu ambisius, sehingga memberi kesan yang kurang baik di mata recruiter. Nah, berikut ini beberapa kebiasaan yang dilakukan kandidat berkualifikasi tinggi:

1. Hanya fokus pada kelebihannya

Ketika diwawancara, ada kandidat-kandidat berkualifikasi tinggi yang cenderung hanya fokus pada kelebihannya saja. Dengan bangganya mereka memamerkan segala pencapaian yang ditorehkan sepanjang berkarier, namun sayangnya lupa bahwa tujuan utama wawancara tersebut bukan hanya untuk mengetahui apa kelebihan mereka, tapi juga bagaimana kelebihan tersebut bisa menghasilkan kontribusi yang berarti buat perusahaan.

Perusahaan manapun tentu berharap mempunyai tenaga kerja yang mahir di bidangnya, apalagi dengan skill dan pengalaman yang terbukti. Akan tetapi, mereka juga ingin memastikan bahwa apa yang dimiliki oleh calon karyawan benar-benar bisa diterapkan untuk kemajuan perusahaan. Dengan kata lain, kedua belah pihak harus sama-sama diuntungkan.

2. Memasang standar tinggi

Lantaran punya kualifikasi tinggi, sejumlah kandidat merasa pantas untuk memasang standar yang juga tinggi ketika melakukan negosiasi gaji. Meski di satu sisi bisa dimaklumi, namun apakah nominal yang diharapkan masuk akal dan sesuai dengan kemampuan perusahaan?

Faktanya, setiap perusahaan punya standar gajinya masing-masing. Untuk karyawan yang posisinya selevel saja, dua perusahaan sejenis bisa mematok gaji yang berbeda jauh. Kandidat yang hanya mengutamakan keinginannya semata bisa menawar sesuka mereka, tanpa mencari tahu dulu informasi perusahaan tersebut. Padahal, tidak selamanya yang bisa memberi gaji tinggi itu lebih baik. Coba saja Anda cek review perusahaan dan informasi gaji yang diberikan oleh para karyawan melalui Jobplanet.

 3. Tarik ulur dengan HRD

Kebiasaan satu ini tak jarang terjadi ketika kandidat sudah menerima offer letter dari perusahaan. Hal ini umumnya disebabkan karena mereka sedang menjalani proses recruitment di beberapa perusahaan sekaligus.

Kalau sudah mengulur-ulur waktu untuk memberi keputusan kepada HRD, maka ada kemungkinan kandidat ini sedang menanti kabar dari perusahaan lain—atau bahkan tempat kerjanya saat ini—dengan harapan bisa mendapatkan tawaran yang lebih menarik. Kandidat dengan kualifikasi yang diperebutkan banyak perusahaan biasanya cenderung “jual mahal”. Tak jarang pula ia menjadikan kelebihannya sebagai ‘senjata’ agar perusahaan saling menaikkan tawaran gaji demi memenangkan pilihannya.

Nah, apakah Anda termasuk orang yang melakukan kebiasaan di atas? Bagaimanapun juga, setinggi apapun kualifikasi yang Anda miliki, pastikan untuk tetap mengendalikan ambisi Anda agar tidak salah mengambil keputusan dalam berkarier.

Comments

comments