Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!
Artikel ini juga dapat dibaca di . |
Pertanyaan:
Halo Jobplanet,
Saya baru saja lulus dari salah satu PTS (perguruan tinggi swasta) di Jakarta dan sekarang sedang proses mencari lowongan pekerjaan yang cocok. Saya sering dengar rumor kalau di beberapa perusahaan, khususnya BUMN, lulusan PTN (perguruan tinggi negeri) top selalu lebih diunggulkan.
Awalnya saya cuek, tapi lama-lama saya jadi penasaran juga. Apakah peringkat dan akreditasi perguruan tinggi sebegitu pentingnya di mata perusahaan? Apa HRD benar-benar meriset kedua hal tersebut sebelum menyaring kandidat? Selain perguruan tinggi, apa lagi yang menjadi pertimbangan HRD dalam menyaring kandidat?
Jawaban:
Rumor bahwa lulusan PTN top selalu lebih diunggulkan daripada lulusan PTS sebetulnya berangkat dari fakta bahwa dalam hasil akhir proses rekrutmen karyawan di berbagai perusahaan, termasuk BUMN, ternyata lebih banyak lulusan PTN top yang lolos seleksi dan diterima sebagai karyawan baru, sehingga muncul anggapan yang berujung pada timbulnya rumor seperti yang Anda tanyakan.
Yang perlu diingat disini adalah bahwa pada proses seleksi awal, tidak ada pengistimewaan ataupun prioritas kepada lulusan perguruan tinggi manapun. Untuk lulusan baru atau fresh graduates, seleksi awal yang dilakukan adalah seleksi administratif, meliputi kesesuaian antara latar belakang pendidikan atau jurusan si kandidat dengan posisi yang dilamar, serta batasan usia maksimum si kandidat. Misalnya, usia maksimum lulusan S1 ketika melamar adalah 25 tahun, dan usia maksimum lulusan S2 adalah 30 tahun.
Setelah itu masuk ke tahapan seleksi berikutnya, yaitu batasan IPK minimum sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Sebagian besar perusahaan mensyaratkan IPK minimum 3,00 dari skala 4 untuk dapat lolos di tahapan seleksi administrasi ini, bahkan beberapa BUMN tertentu sudah ada yang mensyaratkan IPK minimum 3,25 dari skala 4 untuk fresh graduates.
Para kandidat yang telah lolos dari seleksi administratif biasanya masih akan melalui serangkaian tes lanjutan—yang umumnya berupa tes kompetensi secara tertulis, psikotes, wawancara, dan tes kesehatan.
Dari cerita beberapa kawan saya yang bekerja di berbagai perusahaan besar maupun BUMN, pada tahapan tes lanjutan inilah biasanya sebagian besar lulusan PTS yang sudah lolos seleksi administratif pada tahap awal mulai berguguran.
Bukan berarti saya mengecilkan kualitas lulusan PTS di Indonesia, karena pada kenyataannya tidak sedikit juga lulusan PTN top yang tidak lolos seleksi pada tahapan tes lanjutan tersebut. Namun bagaimanapun juga, hampir semua perusahaan memerlukan kandidat pegawai baru yang cemerlang secara intelektual, memiliki kualitas diri yang mumpuni, dan juga mampu mengembangkan potensinya untuk dapat berkontribusi kepada perusahaan sebagai calon-calon pemimpin di masa yang akan datang. Jadi, bila pada akhirnya seluruh rangkaian seleksi ini menghasilkan lulusan PTN top sebagai calon-calon pegawai baru yang akan direkrut, hal tersebut sudah berdasarkan pada proses yang obyektif.
Artinya memang tidak semua orang memiliki kesempatan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan besar ataupun BUMN yang menjadi tempat bekerja idamannya karena satu dan lain hal, akan tetapi seharusnya hal ini tidak membuat lulusan PTS menjadi kecil hati.
Saya melihat banyak sekali contoh nyata para lulusan PTS yang berhasil dan sukses berkarier maupun berwirausaha, setelah mereka menemui berbagai hambatan di masa-masa awal setelah lulus kuliah. Oleh karena itu, jangan kuatir mengenai persaingan dengan lulusan PTN top dalam memperebutkan kesempatan kerja, selama Anda tidak mudah menyerah dengan keadaan, mau bekerja keras, terus meningkatkan kemampuan diri, selalu berpikiran positif, serta selalu mengiringi setiap langkah dengan doa.
Saya yakin Anda akan sukses membangun karier di manapun Anda bekerja.
Tentang Haryo Utomo Suryosumarto
Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.