Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!
Pertanyaan:
Dalam wawancara kerja, biasanya pewawancara bertanya apakah kita punya pertanyaan yang ingin disampaikan. Tapi sering kali, mereka sudah menjelaskan panjang lebar tentang hal-hal yg sebenarnya ingin kita tanyakan. Ada anggapan kalau kita tidak memberikan pertanyaan, kita akan terlihat kurang cerdas di mata mereka. Sebaiknya apa yang perlu dilakukan oleh calon karyawan jika hal ini terjadi saat wawancara, ya?
Jawaban:
Mengajukan pertanyaan ketika diberikan kesempatan oleh pewawancara merupakan saat yang tepat bagi kandidat untuk menunjukkan keseriusannya bekerja di perusahaan tersebut.
Untuk bisa mengajukan pertanyaan yang baik, tentu saja hal-hal ini sudah harus Anda lakukan sebelumnya:
- Mempelajari profil perusahaan dengan lengkap
- Mempelajari job requirements dari posisi yang Anda lamar
- Berusaha mencari tahu nama pewawancara, jabatannya, dan melihat profilnya di LinkedIn, jika ada
Meskipun Anda merasa pewawancara sudah memberikan penjelasan panjang lebar tentang hal-hal yang ingin ditanyakan, tapi saya yakin masih banyak hal yang bisa digali. Ingat, sesi wawancara bukan hanya sesi di mana perusahaan berusaha mengenal Anda, tapi juga untuk Anda mencari tahu bagaimana Anda bisa berkontribusi bagi perkembangan perusahaan.
Kesalahan terbesar setiap kandidat yang pernah saya dan klien saya wawancarai adalah, mereka selalu mengajukan pertanyaan yang terkait dengan kepentingannya sendiri, misalnya:
- “Fasilitas apa saja yang akan saya dapatkan kalau saya diterima bekerja di sini?”
- “Apakah asuransi kesehatan di sini mencakup keluarga juga?”
- “Bagaimana jenjang karier di perusahaan ini?”
Meskipun tidak ada yang salah dengan pertanyaan di atas, tapi pertanyaan-pertanyaan tersebut hanya boleh diajukan ketika wawancara sudah memasuki tahap-tahap akhir, di mana kandidat yakin bahwa ia merupakan satu di antara dua atau tiga orang terakhir yang dipertimbangkan untuk mengisi posisi tersebut. Jadi, akan lebih baik jika pada wawancara pertama Anda mengajukan pertanyaan yang bisa menunjukkan ketertarikan Anda untuk bekerja di perusahaan tersebut, sekaligus untuk mengevaluasi apakah Anda adalah kandidat yang tepat untuk mengisi posisi tersebut.
Pertanyaan yang bisa Anda tanyakan, misalnya:
- “Bagaimana Bapak/Ibu menggambarkan kultur kerja di perusahaan ini? Lalu, bagaimana Bapak/Ibu menilai kecocokkan karakter saya untuk bekerja dengan kultur tersebut?”
- “Sejauh mana perusahaan memberikan kebebasan kepada para pegawainya untuk berpikir out-of-the-box?”
- “Kendala terbesar apa yang dihadapi perusahaan dalam menemukan kandidat yang sesuai untuk posisi ini?”
Dari ketiga contoh pertanyaan di atas, dapat dilihat bahwa ketiganya fokus pada kepentingan perusahaan, dan bukan pada kepentingan pribadi sang kandidat.
Pewawancara akan lebih terkesan dengan kandidat yang berpikir, “Apa yang bisa saya kontribusikan untuk perusahaan?”, daripada “Apa yang bisa saya dapatkan dari perusahaan?”
Untuk itu, mulai sekarang ajukanlah pertanyaan-pertanyaan yang dilandasi pola pikir “berkontribusi”, dan bukan sekadar “terima gaji”.
Tentang Haryo Utomo Suryosumarto
Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.