Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!
Artikel ini juga dapat dibaca di . |
Pertanyaan:
Halo Jobplanet,
Saya (dan teman-teman di kantor) bingung menghadapi atasan kami di kantor yang moody banget!
Kalau mood-nya lagi jelek, dia suka marah-marah tanpa alasan yang jelas. Dia juga sering berubah pendapat, hal yang sering bikin bingung anak buahnya. Hari ini bilang begini, besok minta begitu. Di kantor kami yang masih terbilang kecil (jumlah karyawan hanya 20 orang), bukan saya saja yang lelah menghadapi si bos.
Saya sendiri sangat menyukai pekerjaan saya, dan saya yakin teman-teman saya juga begitu. Tapi si bos sering memperlakukan kami seperti anak kecil yang tidak becus bekerja dan harus terus diingatkan. Padahal di tengah load kerja yang selalu bertambah seiring dengan pertumbuhan bisnis perusahaan, kami selalu berusaha untuk memberikan hasil yang terbaik karena sadar bahwa hasil kerja kami sebagai profesional penting sebagai portofolio kami di masa mendatang.
Saya tidak tahu apa yang ada di pikiran si bos, atau mungkin ada tekanan-tekanan yang dia dapat dari principal. Tapi menurut saya, sikapnya yang moody dan demanding adalah tidak semestinya karena menebarkan aura negatif ke seisi kantor. Kalau marah, dia tidak pernah mengontrol volume dan nada suaranya, hingga sekantor bisa mendengar omelannya.
Saya mau minta saran Jobplanet, bagaimana cara menghadapi atasan seperti itu? Meski dia selalu bilang selalu terbuka untuk saran dan pendapat, tapi sikapnya selama ini menunjukkan kalau dia bukan tipe orang yang bisa menerima saran atau pendapat dari orang lain, apalagi anak buahnya.
Jawaban:
Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan untuk menyikapi kelakuan bos yang beraneka-ragam, selain dengan berusaha untuk lebih memahami karakternya. Dengan keterbatasan informasi yang Anda sampaikan—seperti usia si bos, gender, apakah si bos merupakan owner atau profesional, berapa lama perusahaan sudah berdiri, industrinya, dll, saya tidak bisa menganalisa secara persis apa yang harus dilakukan untuk memahami karakter si bos agar Anda bisa lebih sabar dalam menghadapi sifatnya yang moody itu.
Namun, dari membaca berbagai literatur mengenai kepemimpinan, saya menemukan adanya korelasi antara pengalaman memimpin dan tingkat empati seorang bos dengan bagaimana para bawahan mesti menyikapi sikap negatif yang mungkin muncul:
- Bos yang memiliki pengalaman memimpin yang cukup lama dan juga memiliki empati yang tinggi sebetulnya merupakan kategori bos idaman. Sebab, dengan pengalaman dan kemampuan memahami perasaan para bawahannya, ia dapat dengan mudah menggerakkan para bawahan untuk berpikir dan bersikap seperti keinginannya. Namun, apabila tipe bos ini bersikap negatif atau meluapkan emosinya, maka pasti ada sesuatu yang sangat mengganggu dirinya. Cara termudah untuk menghadapinya adalah dengan mengajaknya bicara dari hati ke hati, serta berdiskusi dengan terbuka untuk mengetahui apa yang menyebabkan emosinya bisa meledak.
- Bos yang memiliki pengalaman memimpin yang cukup lama, akan tetapi memiliki empati yang rendah masuk dalam kategori bos otoriter. Bos seperti ini biasanya berusaha menggerakkan bawahannya dengan menebar ancaman atau rasa takut. Ancaman potong gaji, pemberian SP, penundaan kenaikan pangkat, dan sebagainya, merupakan senjata andalannya. Apabila tipe bos ini bersikap negatif, maka cara termudah untuk menghadapinya adalah dengan menghindari konfrontasi langsung dengan dirinya dan berusaha mematuhi apa yang diperintahkan dengan sebaik-baiknya, karena memang dengan pengalaman memimpin yang sudah cukup lama, bos ini sebetulnya bisa mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi ke depannya.
- Bos yang memiliki pengalaman memimpin yang relatif masih sedikit dapat dikategorikan sebagai bos baru. Meski begitu, jika dia memiliki empati yang tinggi, biasanya dia akan sering melibatkan anggota timnya dalam berbagai kesempatan untuk belajar dan berkembang bersama dengan dirinya. Apabila tipe bos ini bersikap negatif, maka cara termudah untuk menghadapinya adalah dengan tidak membalasnya lagi dengan reaksi negatif dan segera meminta maaf. Biasanya bos baru ini akan cepat “berdamai” dengan bawahannya, karena dia merasa butuh dukungan dari seluruh anggota tim.
- Bos yang memiliki pengalaman memimpin yang masih sebentar dan celakanya juga memiliki empati yang rendah merupakan kategori bos ‘bencana’, karena para bawahan akan selalu kesulitan memahami dirinya dan apa yang menjadi kemauannya. Dari sudut pandangnya, semua kesalahan ada pada bawahan, dan itu merupakan alasan pembenar untuk meluapkan emosi sekehendak hatinya. Karena tipe bos ini tidak memahami fungsi dan tanggung jawab pemimpin yang sesungguhnya, maka akan sulit untuk menyadarkannya, kecuali dirinya sendiri yang mencapai kesadaran itu. Mengingat karier akan sulit berkembang dengan dipimpin bos seperti ini, maka pindah ke divisi atau perusahaan lain merupakan satu-satunya langkah terbaik. Kecuali, jika para bawahan rela mencari muka demi menyenangkan si bos.
Pengkategorian di atas mungkin tidak sepenuhnya akurat, tetapi setidaknya diharapkan bisa membantu Anda dalam menganalisa perangai si bos serta pendekatan paling tepat untuk menyikapinya saat sedang bad mood.
Dalam suasana yang ideal di sebuah perusahaan, seyogianya tidak hanya bawahan yang berusaha memahami atasan, tetapi begitu juga sebaliknya, agar tercipta sinergi yang optimal antara atasan dan bawahan.
Semoga saran ini bisa membantu Anda untuk bersikap secara tepat dalam menghadapi bos di kantor.
Tentang Haryo Utomo Suryosumarto
Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.