Secinta apapun seorang karyawan pada pekerjaannya, akan tiba saatnya dia butuh beristirahat dari rutinitas di kantor. Entah sekadar berlibur singkat di akhir pekan, atau sekaligus melakukan perjalanan jauh ke luar kota atau luar negeri. Itulah mengapa di awal tahun banyak pegawai kantoran yang sudah sibuk mengecek kalender untuk merencanakan cuti untuk berlibur.
Sayangnya, segala rencana yang telah disusun dengan sempurna, termasuk tiket pesawat menuju destinasi wisata yang sudah dibeli, bisa jadi sia-sia jika permohonan cuti tidak disetujui oleh atasan. Oleh karena itu, supaya Anda benar-benar bisa menikmati liburan dengan tenang, simak lima strategi mengatur cuti berikut ini:
1. Jaga kehadiran dan performa kerja
Kalau atasan Anda dikenal “pelit” memberikan cuti, maka sudah jelas hal paling utama yang harus Anda hindari adalah memberinya lebih banyak alasan untuk menghalangi Anda pergi berlibur. Kalau baru awal tahun Anda sudah sering meminta izin karena urusan di luar pekerjaan, maka Anda sudah memberi kesan yang kurang baik di mata atasan.
Sebaliknya, perlihatkan selalu sikap positif yang membuat atasan berpikir bahwa Anda memang berhak menikmati waktu untuk berlibur. Selain menjaga kehadiran di kantor, pertahankan pula performa kerja Anda setiap hari. Bukan hanya dengan memenuhi apa yang ditugaskan oleh atasan, tapi juga dengan menunjukkan inisiatif di luar tanggung jawab utama.
2. Ajukan cuti dari jauh-jauh hari
Meskipun perusahaan tempat kerja Anda memperbolehkan karyawan untuk mengajukan cuti 3-7 hari sebelumnya, tapi selama rencana berlibur sudah jelas, maka semakin cepat Anda mengajukan cuti akan semakin baik. Hal ini untuk mewaspadai jika ada tugas-tugas yang harus Anda tuntaskan sebelum meninggalkan kantor.
Selain itu, apabila Anda mengajukan cuti dari jauh-jauh hari, rencana kerja yang akan datang biasanya masih bisa disesuaikan dengan ketersediaan waktu Anda. Dengan begitu, Anda tak perlu mengorbankan rencana berlibur yang sudah diatur dengan matang.
3. Rundingkan dengan rekan kerja
Salah satu pertimbangan atasan sebelum mengabulkan permohonan cuti karyawannya adalah, siapa yang akan menggantikan peran karyawan tersebut di kantor. Apa lagi jika perusahaannya hanya terdiri dari tim-tim kecil, maka jangan harap atasan akan merelakan satu divisi ditinggal oleh beberapa karyawan sekaligus.
Ketika merencanakan cuti—terutama pada hari di antara dua tanggal merah, ada baiknya Anda dan rekan kerja saling berunding. Jangan sampai karena ada beberapa orang yang ingin memanfaatkan cuti, pekerjaan tim jadi terbengkalai atau—yang tak kalah mengecewakan—atasan terpaksa menolak cuti salah satu karyawan, yang bisa jadi adalah Anda.
4. Periksa kalender acara perusahaan
Atasan mungkin sudah memberi Anda “lampu hijau” untuk meninggalkan kantor selama waktu tertentu. Akan tetapi, jika tanggal cuti Anda ternyata bentrok dengan acara penting perusahaan—di mana peran Anda di sana cukup krusial—maka bukan tak mungkin rencana berlibur Anda harus dibatalkan atau ditunda.
Itu sebabnya, ketika menentukan tanggal cuti periksa juga kalender acara perusahaan, atau setidaknya putuskan siapa anggota tim lain yang bisa dipercaya untuk menerima delegasi pekerjaan. Dengan begitu, selama berlibur Anda tak perlu waswas atau terganggu oleh panggilan telepon terkait masalah pekerjaan.
Selain strategi cerdik dalam mengatur cuti, peluang Anda untuk mendapatkan waktu berlibur terkadang juga ditentukan oleh kebijakan perusahaan itu sendiri. Kalau pada dasarnya tempat kerja Anda kurang memedulikan work-life balance karyawannya, maka Anda tak bisa berharap banyak, karena izin berlibur pasti menjadi sesuatu yang sulit didapat.
Sebaliknya, di perusahaan lain Anda mungkin bisa menikmati jatah cuti lebih banyak dari biasanya. Kalau sesuai aturan pemerintah, cuti tahunan karyawan hanya berjumlah 12 hari (sudah termasuk dengan cuti bersama yang diatur oleh pemerintah), beberapa perusahaan di sini justru memberikan hak cuti dua kali lipat lebih banyak! Anda tertarik?