Teman Anda mulai menjauh? Keluarga atau pasangan juga mengeluhkan Anda yang selalu pulang larut malam? Kalau ya, coba hitung, dalam seminggu berapa lama waktu yang Anda habiskan di kantor. Apakah lebih lama ketimbang waktu yang Anda habiskan di rumah untuk beristirahat, berkumpul bersama keluarga, dan bersosialisasi dengan teman-teman Anda?
Coba pikirkan baik-baik, apakah hal tersebut disebabkan oleh beban pekerjaan Anda di kantor, atau memang pada dasarnya Anda workaholic?
Untuk tahu lebih jelas, berikut ini delapan ciri yang biasanya dimiliki oleh seorang workaholic:
1. Tiba di kantor paling awal, pulang paling akhir. Apapun alasan yang dimiliki, jika kedua hal ini telah Anda lakukan dalam waktu yang cukup lama, ada indikasi Anda merupakan seorang workaholic.
2. Waktu istirahat makan siang dihabiskan untuk bekerja. Ajakan untuk makan siang bersama rekan kerja sering Anda tolak. Anda lebih memilih membawa bekal dari rumah atau memesan makanan, kemudian menikmatinya di meja kerja. Interaksi Anda dengan rekan kerja pun jadi terbatas pada urusan pekerjaan.
3. Tidak memiliki hobi untuk mengisi waktu luang. Padahal, keseimbangan antara bekerja dan menjalankan hobi sangatlah penting. Menjalankan hobi dapat melepaskan beban sehingga Anda selalu memiliki semangat baru untuk bekerja.
4. Akhir pekan membuat Anda stres. Berbeda dari kebanyakan orang yang menanti-nanti akhir pekan karena ingin beristirahat atau berkumpul bersama teman dan keluarga, Anda justru sulit menikmatinya. Tidak berbuat apa-apa pada saat senggang dapat membuat Anda stres.
5. Personal priorities menjadi nomor dua. Anda selalu mengutamakan segala hal yang berkaitan dengan pekerjaan kantor. Tak heran teman atau keluarga Anda jadi merasa kecewa dan sering mengeluhkannya.
6. Tidak ada kata “LIBURAN”. Bagi Anda tiada hari tanpa bekerja. Pada hari libur sekalipun, Anda tetap menyempatkan diri untuk menyentuh pekerjaan kantor.
6. Selalu mengiyakan permintaan bos, bahkan untuk bekerja di akhir pekan. Sikap ini bisa dimanfaatkan oleh sosok atasan yang senang memforsir karyawan secara berlebihan. Anda memang dianggap ‘anak kesayangan’ Si Bos, tapi jika ini terus dibiarkan kehidupan pribadi Anda jadi korbannya.
Memang, pada beberapa bidang pekerjaan, contohnya seperti marketing, tuntutan untuk bekerja pada akhir pekan tak bisa dihindari. Namun, perusahaan yang baik biasanya memiliki kebijakan untuk tidak mengeksploitasi karyawannya. Misalnya, perusahaan akan memberikan penggantian hari libur kepada karyawan yang telah bekerja pada akhir pekan atau hari libur nasional.
8. Saat diajak berkumpul dengan teman-teman lama, pekerjaan yang menumpuk selalu Anda jadikan alasan. Padahal selama ini Anda sudah banyak menghabiskan waktu untuk bekerja, sehingga rasanya tidak mungkin jika Anda sama sekali tak memiliki waktu untuk mereka. Hal inilah yang akan menjauhkan Anda dari teman-teman.
Dedikasi terhadap pekerjaan memang menjadi nilai plus yang sebaiknya dimiliki setiap karyawan, tapi Anda juga harus mampu menyeimbangkannya dengan kehidupan keluarga dan sosial. Anda beruntung jika perusahaan tempat Anda bekerja memahami hal ini, karena tidak sedikit perusahaan yang memberikan beban kerja tinggi kepada karyawannya, serta menyepelekan work-life balance.
Contohnya dirasakan oleh karyawan di salah satu perusahaan Internet berikut:
Agar tidak terjebak pada karier atau perusahaan yang salah, Anda bisa membaca review berbagai perusahaan di Jobplanet. Ingat, “Never get so busy making a living that you forget to make a life.” (cin/wid)