Berdasarkan Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, waktu kerja per hari yang berlaku bagi pekerja sektor swasta di Indonesia adalah, 7 (tujuh) jam untuk perusahaan dengan 6 (enam) hari kerja, serta 8 (delapan) jam untuk perusahaan dengan 5 (lima) hari kerja. Apabila melebihi ketentuan tersebut, maka para pekerja berhak atas upah lembur.
Alasan mengapa ada karyawan yang harus bekerja melebihi waktu kerja normal dapat disebabkan oleh manajemen perusahaan atau manajemen waktu si karyawan itu sendiri. Terkadang waktu karyawan yang berharga justru banyak terbuang karena hal-hal yang dianggap penting, padahal sebenarnya belum tentu produktif.
Berikut ini empat aktivitas yang paling banyak menghabiskan waktu karyawan:
1. Berangkat ke kantor
Risiko bekerja di ibu kota adalah mesti berhadapan dengan kemacetan yang tak kenal waktu. Jangankan pada jam-jam sibuk di hari kerja, di akhir pekan pun berbagai sudut kota Jakarta padat dengan kendaraan bermotor. Perjalanan dari satu tempat ke tempat lain yang seharusnya bisa ditempuh dalam 15 menit bisa jadi memakan waktu lebih dari satu jam.
Sebagian pekerja kantoran, Anda mungkin sudah terbiasa. Namun seandainya hal ini tidak terjadi, waktu yang terbuang selama perjalanan tentu bermanfaat untuk hal lain. Anda bisa lebih produktif di kantor, serta tak perlu berangkat pagi-pagi buta demi menjaga absensi. Waktu istirahat di rumah pun otomatis jadi lebih panjang.
2. Meeting reguler
Perusahaan yang kerap membuat agenda rutin untuk meeting—misalnya, setiap minggu. Tujuan dari meeting tersebut umumnya untuk mengetahui progress kerja, melakukan evaluasi, dan berbagi rencana kerja antaranggota tim. Sejauh mana perkembangan proyek yang sedang dijalankan, bagaimana menghadapi kendala-kendalanya, serta masih banyak lagi. Namun, pernahkah Anda berpikir, seberapa efektif sih meeting tersebut?
Meeting bisa jadi tidak efektif—bahkan sia-sia—apabila arah dan tujuannya tidak jelas, serta banyak interupsi di luar topik utama. Meeting yang diadakan semata-mata untuk menjalankan rutinitas, tanpa melihat urgensi atau mempertimbangkan prioritas lain juga cenderung hanya menghabiskan waktu karyawan.
3. Ngobrol dengan rekan kerja
Ngobrol santai di sela-sela pekerjaan memang paling ampuh untuk mengusir penat. Namun, terlalu sering melakukannya akan membuat waktu kerja Anda terbuang percuma. Topik-topik ringan yang dibicarakan bersama rekan kerja tak jarang malah menjadi perbincangan panjang yang tak ada ujungnya.
Kebiasaan ini bisa diperparah dengan keberadaan karyawan “pengganggu”. Mereka yang punya sifat periang sebenarnya bisa jadi pencair suasana di antara rekan-rekannya yang sedang suntuk. Namun, kalau mereka tidak mampu membaca situasi, maka yang terjadi adalah produktivitas karyawan lain ikut terganggu.
4. Social media break
Browsing media sosial, streaming video, atau chatting di ponsel adalah macam-macam aktivitas yang kerap dimaksudkan sebagai selingan agar tidak jenuh di kantor. Sayangnya, banyak karyawan yang sering kelewat batas. Pekerjaan yang harusnya selesai hari itu pun jadi tertunda karena Anda terlalu asyik di media sosial sampai lupa waktu.
Apabila Anda harus sering lembur karena merasa load kerja Anda terlalu tinggi, coba pikirkan ulang. Benarkah itu yang terjadi atau sebenarnya manajemen waktu Anda yang buruk? Bisa jadi tak ada yang salah dengan load kerja Anda, tapi aktivitas Anda di media sosial lah yang justru menghambat selesainya tugas-tugas dari atasan.