Sifat-sifat Kandidat yang Tidak Disukai Pewawancara

Sifat-sifat Kandidat yang Tidak Disukai Pewawancara

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Ada banyak alasan mengapa perusahaan menolak calon karyawan setelah melakukan wawancara. Bisa karena performa mereka yang tidak memenuhi harapan, bisa juga disebabkan oleh hal-hal internal perusahaan yang berada di luar kendali para kandidat.

Berbicara mengenai performa, faktor yang satu ini biasanya dikaitkan dengan kemampuan kandidat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh pewawancara. Namun, jangan lupa bahwa sifat atau karakter yang tercermin dalam setiap jawaban tersebut juga memengaruhi bagaimana pewawancara memandang dan menilai mereka.

Berikut ini tiga sifat yang tidak disukai pewawancara, yang bisa membuat Anda ditolak oleh perusahaan idaman:

1. Terlalu merendah

Tidak semua orang merasa nyaman membicarakan kelebihannya. Ada yang lantas mengambil sikap merendah agar tidak dibilang sombong, tapi ada juga yang memang memiliki masalah kepercayaan diri. Orang-orang dengan tingkat kepercayaan diri rendah seperti ini seakan segan untuk mengakui kemampuan yang mereka miliki, sehingga tanpa sadar kerap meremehkan diri sendiri.

Seorang kandidat yang rendah diri belum tentu tidak kompeten. Namun, sifatnya ini akan memunculkan perasaan ragu dalam diri si pewawancara. Pewawancara mungkin akan bertanya-tanya, “Kalau dia saja tidak percaya pada kemampuannya, lantas bagaimana kami harus mempercayainya?”

2. Angkuh

Kebalikan dari sifat yang sebelumnya, sifat kandidat yang satu ini paling gampang membuat pewawancara ilfil atau muak. Sekalipun inti dari sebuah wawancara kerja adalah menunjukkan keahlian dan prestasi untuk merebut hati perusahaan, ketahuilah bahwa pewawancara—apalagi HRD yang memiliki latar belakang ilmu psikologi—bisa melihat kebenaran dan isi ucapan setiap kandidat.

Meskipun apa yang mereka pamerkan memang terbukti benar, namun biasanya pewawancara enggan meluluskan kandidat ke tahap yang berikutnya, karena khawatir sifat angkuhnya akan “merusak” lingkungan kerja.

 

 

 3. Egois

Contoh sifat egois yang kerap tanpa sadar dilakukan oleh kandidat adalah memotong omongan pewawancara. Hal ini bukan hanya menandakan bahwa si kandidat tidak sabaran, tapi juga mementingkan diri sendiri. Demikian halnya ketika diberi kesempatan bertanya, ia hanya mengajukan pertanyaan seputar berapa gaji yang akan dia terima, serta benefit dan fasilitas apa saja yang bisa dia nikmati sebagai karyawan.

Sifat egois karyawan dapat memicu persoalan serius dalam tim, dan ini menjadi salah satu hal yang diperhatikan dan ingin dihindari oleh HRD. Tak heran jika seorang kandidat sudah menunjukkan sifat-sifat di atas, keahlian maupun prestasi apa pun yang dia banggakan jadi tak berarti lagi.

Dalam rangka menilai sifat dan perilaku kandidat, pada umumnya perusahaan mengawali proses pencarian karyawan yang ideal melalui seleksi wawancara HRD. Didukung oleh pengalaman bertemu dan mewawancarai orang-orang dengan latar belakang yang beragam, HRD mampu menarik kesimpulan apakah kandidat tersebut punya kualitas yang membuatnya layak menjadi bagian dari perusahaan.

Nah, untuk mengantisipasi hal-hal yang masuk dalam penilaian pewawancara—baik HRD maupun user—sebelum menghadiri wawancara kerja sebaiknya Anda pelajari dulu pertanyaan-pertanyaan yang biasanya ditanyakan kepada para pelamar di perusahaan tersebut. Kisi-kisi wawancara tersebut dapat Anda temukan di Jobplanet.

Comments

comments