Seberapa Besar Pengaruh Media Sosial terhadap Peluang Mendapat Pekerjaan?

Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!


 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Pertanyaan:

Halo Jobplanet,

Saya mau tanya, apa benar sekarang HRD selalu cek media sosial kandidat?

Kalau benar begitu, memangnya seberapa besar pengaruh isi media sosial terhadap keputusan perusahaan untuk menerima kandidat?

Lalu apa yang harus saya antisipasi atau persiapkan dengan media sosial saya ketika melamar kerja?

Jawaban:

Media sosial selalu memiliki dua sisi yang saling bertolak belakang. Di satu sisi, bila kita mampu memanfaatkannya secara positif, maka media sosial akan membuka banyak peluang dan kesempatan untuk mendapatkan hal-hal yang sebelumnya sulit untuk dilakukan. Misalnya, memperoleh tambahan penghasilan dengan berbisnis dari rumah, memperoleh peluang kerja yang lebih baik, memperluas jaringan (network) yang kita miliki, ataupun mendapatkan berbagai informasi yang dapat mendukung pengembangan karier kita ke depannya.

Di sisi lain, bila kita memanfaatkan media sosial secara sembarangan, tentunya ada berbagai konsekuensi yang menanti, mulai dari berdebat tiada henti dengan orang lain—baik yang dikenal maupun tidak, putus hubungan pertemanan karena perbedaan pendapat, online bullying, atau yang lebih parah adalah sampai diproses oleh pihak yang berwajib karena penyalahgunaan media sosial yang menjurus ke arah perbuatan pidana.

Memang betul, sebagian kecil recruiter, headhunter, ataupun HRD perusahaan mulai mencoba melihat profil media sosial para kandidat yang sedang diprosesnya untuk mengetahui secara sepintas bagaimana para kandidat ini bersikap melalui media sosial. Selain LinkedIn, mereka juga mengecek Facebook, Instragram, Twitter, dll, dengan dasar pemikiran bahwa media sosial kadang bisa menjadi cerminan karakter seseorang—meskipun hal ini juga tidak bisa dijadikan tolok ukur yang mutlak.

Dalam era media sosial yang sedang luar biasa marak belakangan ini, saya menyarankan semua untuk lebih mengontrol dan memerhatikan apa yang disampaikan melalui media sosial, karena saat ini yang berlaku bukan hanya “mulutmu, harimaumu”, tapi juga “statusmu, harimaumu”.

Olah seluruh informasi yang diperoleh melalui media sosial dengan saksama, serta saring sebelum sharing, dengan memerhatikan tiga etika dalam bermedia sosial:

  1. Apakah informasi yang kita sampaikan benar?
  2. Apakah informasi yang kita sampaikan bermanfaat?
  3. Apakah informasi yang kita sampaikan penting?

Lakukan proses audit sederhana pada seluruh akun media sosial yang Anda miliki. Bayangkan bila Anda adalah pihak headhunter, recruiter, maupun HRD perusahaan yang sedang memproses Anda dalam tahapan rekrutmen. Apakah mereka bisa mendapatkan gambaran yang baik mengenai diri Anda di luar dunia profesional?

Meskipun sekali lagi saya tegaskan bahwa media sosial tidak bisa dijadikan tolok ukur utama dalam proses rekrutmen, tapi tidak ada salahnya Anda mencegah agar tidak timbul gambaran yang keliru dari dunia maya mengenai kepribadian ataupun karakter Anda di kehidupan nyata, yang pada akhirnya bisa merugikan Anda untuk memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik.


Tentang Haryo Utomo Suryosumarto

Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.

Comments

comments