Mengintip Seluk-beluk Freeport, Perusahaan Tambang Terkemuka yang Kontroversial

mengintip seluk-beluk freeport

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Siapa yang tak tahu Freeport? Sejak mulai berkiprah di Indonesia pada tahun 1960-an, perusahaan tambang asal Amerika Serikat ini tak henti-hentinya menuai kontroversi. Bermula ketika pemerintah Orde Baru mengeluarkan izin aktivitas tambang Freeport di tanah Papua, gejolak antara Freeport dan pemerintah Indonesia pun terus berlangung hingga detik ini.

Meski di satu sisi namanya cukup dikenal berkat kisruh Kontrak Karya, namun rupanya sisi lain Freeport tak kalah menarik. Di mata pencari kerja dan karyawan, Freeport mempunyai pesona tersendiri. Banyak orang beranggapan bahwa bekerja di perusahaan tambang sekelas Freeport untungnya berkali lipat. Bukan semata karena gengsi, tapi juga gaji dan tunjangan yang ditawarkan.

Berdasarkan hasil riset Jobplanet yang diumumkan pada akhir tahun 2016, PT Freeport Indonesia pun masuk dalam daftar perusahaan terbaik di Indonesia untuk sejumlah kategori, menurut penilaian langsung dari para karyawan.

Nah, Anda tentu penasaran, seperti apa rasanya bekerja di perusahaan terkemuka nan kontroversial ini? Berikut ulasan mengenai seluk-beluk PT Freeport Indonesia menurut karyawan dan mantan karyawannya:

  • Penghasilannya memuaskan

Dibandingkan aspek jenjang karier, work-life balance, budaya perusahaan, serta manajemen, aspek gaji dan tunjangan rupanya memberikan kepuasan paling tinggi bagi karyawan Freeport. Meski sudah menjadi perbincangan masyarakat umum, tapi apakah kenyataannya berkata demikian?

Dari informasi yang dituliskan karyawan-karyawan Freeport di Jobplanet, Anda bisa mengetahui bahwa rata-rata gaji staf Engineering-nya mencapai lebih dari Rp14 juta. Itu baru gaji pokok saja, belum termasuk tunjangan. Kira-kira, bisa Anda bayangkan berapa besar pendapatan petinggi perusahaannya?

Karyawan perusahaan tambang memang jagonya membuat orang lain iri lantaran penghasilan mereka yang katanya berkali-kali lipat lebih besar. Akan tetapi, setelah membaca review di bawah ini, Anda semestinya jadi mengerti bahwa gaji tinggi yang mereka peroleh sebanding dengan pengorbanan yang mereka kerahkan.

“Lokasi kerja yang jauh di pedalaman hutan Papua, sehingga membuat keterbatasan fasilitas umum dan harga kebutuhan pokok yang serba mahal.” – Karyawan Engineering di Papua

  • Lokasinya terpencil

Orang lain boleh saja cemburu melihat betapa sejahteranya hidup karyawan Freeport. Namun di balik itu, sebenarnya tidak sedikit keluhan yang mereka suarakan. Lokasi penempatan yang terletak di pelosok timur Indonesia salah satunya. Bagi karyawan Freeport yang ditugaskan di site, khususnya para Engineer, lokasi kerja menjadi kendala yang cukup berarti.

“lokasi berada di daerah yang sulit dijangkau, cenderung berisiko tinggi,membutuhkan nyali dan mental yang tangguh” – Mantan Karyawan IT di Papua

  • Benefit-nya memanjakan karyawan

Mengingat risiko kerja yang mengancam cukup besar, Freeport pun menunjukkan tanggung jawabnya lewat serangkaian benefit yang cukup memanjakan karyawan beserta keluarganya. Bahkan, bukan karyawan site saja yang bisa menikmati benefit ini, tapi juga mereka yang berkantor di kota Jakarta.

“Benefit yang diberikan sangat lengkap dan memuaskan, ada asuransi kesehatan yang mengcover seluruh anggota keluarga, uang kesehatan (reimbursment untuk kacamata dan dokter gigi sepenuhnya), uang lembur, makan siang, dan masih banyak lagi” Mantan Karyawan Finance / Akunting di DKI Jakarta

Karyawan di Papua tak perlu ditanya. Anggota keluarga yang ikut serta juga mendapat perhatian dari perusahaan. Freeport berusaha menutupi kebutuhan mereka dengan beragam fasilitas kesehatan, pendidikan, serta tempat tinggal. Sementara untuk karyawannya sendiri, sistem kesehatan dan keselamatan kerja (K3) yang optimal diterapkan untuk mencegah risiko kecelakaan.

“Semua fasilitas kesehatan, sekolah untuk anak, dan tempat tinggal disediakan oleh perusahaan” – Mantan Karyawan Engineering di Papua

“karyawan tidak merasa was-was karena ada yg menjamin, seperti sakit, atau accident dalam bekerja, begitu juga untuk anak dan istri di rumah” – Mantan Karyawan Customer Service/Pelayanan di Papua

  • Seleksinya ketat

Sebagai perusahaan dengan nama besar yang bergengsi, adalah hal yang wajar jika persaingan memperebutkan kesempatan bekerja di Freeport cukup ketat.

Menurut salah seorang pelamar untuk posisi staf IT (Information Technology), interview Freeport yang ia lalui terbilang sulit, dengan menggunakan Bahasa Inggris serta dilakukan dengan ekspatriat. Hal ini sudah bisa diprediksi mengingat perusahaan ini berasal dari Amerika Serikat. Sayangnya, meski mengaku bahwa pengalaman interview-nya positif, pelamar ini gagal diterima di Freeport.

Berbeda dengan pengalaman kandidat di atas, pelamar berikut ini mendapatkan informasi lowongan kerja dari Career Center di kampusnya, dan berhasil melewati seleksi interview Freeport dengan sukses.

“Interview melalui video teleconference, tapi cukup menegangkan karena ada enam orang penginterview, membuat waktu interview menjadi lebih dari 1 jam.” – Pelamar Staf Engineering

Nah, kira-kira apa saja pertanyaan interview yang membawanya menjadi bagian dari perusahaan tambang terkemuka di Indonesia? Temukan jawabannya di sini.

Setelah membaca ulasan di atas, apakah Anda masih tertarik bekerja di Freeport? Bagaimana dengan konflik yang melibatkan perusahaan ini dengan pemerintah dan masyarakat Indonesia? Apakah isu tersebut memengaruhi pandangan Anda terhadap keputusan berkarier di Freeport? Bagikan opini Anda di kolom komentar ya!

Comments

comments