Ketika Atasan Kurang Kompeten, Apa yang Harus Dilakukan?

Atasan Kurang Kompeten

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Bekerja dengan teman kantor yang pemalas serta tidak tahu apa yang harus ia kerjakan tentu terasa melelahkan. Bahkan terkadang apa yang menjadi area kerjanya terpaksa harus Anda ambil alih, karena baik atau buruk hasil akhirnya juga akan menjadi tanggung jawab Anda.

Menangani rekan kerja yang kurang kompeten sudah pasti menguras tenaga dan pikiran. Akan tetapi, demi kebaikan tim dan perusahaan, setidaknya Anda punya pilihan untuk bersikap lebih keras terhadapnya. Nah, bagaimana kalau yang Anda hadapi adalah atasan sendiri? Mungkinkah Anda memperlihatkan sikap yang sama?

Sebelum menemukan cara untuk menghadapinya, memiliki atasan yang kurang kompeten biasanya memunculkan sebuah pertanyaan besar, “Dengan kemampuan yang dia miliki, bagaimana bisa ia menduduki posisi tersebut?”

Menilai calon karyawan hanya dari kulit luarnya saja merupakan salah satu kesalahan perusahaan dalam proses perekrutan. Deretan pengalaman yang tertulis di CV bukan jaminan seseorang adalah kandidat yang layak. Karena itulah recruiter harus pandai menggali kompetensi calon karyawan. Sama halnya juga ketika mempertimbangkan karyawan yang akan dipromosikan.

Pada akhirnya, tidaklah mengejutkan apabila seorang atasan yang kurang kompeten membawa dampak negatif bagi karyawan, seperti surutnya motivasi, menurunnya produktivitas, hingga timbulnya dorongan untuk resign. Lantas, bagaimana cara seorang karyawan menghadapi atasan yang demikian?

Berikut tips dari Jobplanet:

1. Pahami kondisi atasan

Jika Anda berada di posisi bawahan, selalu kendalikan emosi Anda ketika berhadapan dengan atasan Anda. Jangan buru-buru menghakimi sebelum Anda paham betul akan kondisinya. Cari tahu dulu sudah berapa lama ia menggeluti bidang tersebut, seperti apa pengalaman kerjanya, serta sebesar apa tekanan yang ia hadapi di perusahaan. Siapa tahu informasi tersebut pasti dapat mengubah perspektif Anda terhadap dirinya?

2. Jangan segan mengarahkan

Apabila atasan cukup terbuka dengan masukan orang lain, maka Anda tak perlu segan untuk membantu mengarahkannya. Namun tentu saja tanpa memberi kesan meremehkan, terutama di hadapan karyawan lain. Anggaplah dengan cara ini Anda jadi ikut belajar sambil mempertajam pengetahuan Anda sendiri.

Mungkin dalam beberapa hal Anda memang lebih unggul dari Si Bos, namun yakinlah bahwa Anda akan menemukan berbagai sisi lain yang ia kuasai. Lagipula bukankah sudah semestinya sebuah tim diisi oleh individu-individu yang saling melengkapi?

 3. Fokus pada apa yang bisa Anda kerjakan

Ketika pemahaman seorang atasan terhadap pekerjaannya begitu terbatas, kesabaran timnya pasti terasa diuji. Bagaimana tidak? Sosok yang seharusnya jadi panutan gagal memenuhi harapan mereka.

Meski begitu, selama kelemahan atasan masih bisa ditutupi oleh keberadaan Anda dan anggota tim lain, maka tak perlu ada kekhawatiran berlebih. Sebaliknya, berusahalah untuk fokus pada apa yang bisa Anda kerjakan dan kontribusikan untuk perusahaan.

4. Ketahui batas toleransi

Apabila tak kunjung ada kemajuan perusahaan selama dipimpin oleh atasan, dan tak ada pula tindakan dari manajemen, maka lambat laun kepercayaan karyawan lain terhadapnya pasti akan hilang. Akibatnya, pertumbuhan dan keberlangsungan perusahaan pun jadi terhambat.

Jika hal itu terjadi, mulailah menimbang-nimbang untung dan rugi apabila Anda bertahan di perusahaan. Seandainya lebih banyak kerugiannya, maka tak ada salahnya Anda mulai melirik peluang di tempat lain.

Semoga tips ini bermanfaat!

Comments

comments