Bagaimana Cara Terbaik Mengerjakan Tugas Studi Kasus dari Recruiter?

Anda sedang menghadapi masalah pekerjaan dan punya pertanyaan seputar karier dan dunia kerja? Kirimkan pertanyaan Anda melalui email [email protected] dan dapatkan solusinya dari ahli dan praktisi HR berpengalaman di Jobplanet. Mari raih karier yang lebih baik bersama Jobplanet!


 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Pertanyaan:

Dear Jobplanet,

Saya baru mendapat assignment dari HRD perusahaan yang saya lamar, yakni menyiapkan sebuah marketing plan sesuai dengan brief yang mereka berikan.

Saya jadi teringat pengalaman seorang teman yang pernah ditugaskan hal serupa oleh sebuah perusahaan dalam proses recruitment. Setelah dia kirimkan tugas tersebut kepada pihak HRD, mereka tidak memberi kabar apa-apa. Padahal teman saya itu sudah melakukan follow up beberapa kali.

Menurut Jobplanet, bagaimana cara terbaik untuk menyikapi permintaan HRD tersebut? Apakah saya harus mengikuti permintaan mereka sesuai dengan brief (yang cukup mendetail), atau cukup memberikan gambaran umum saja? Jika saya hanya memberikan gambaran atau rencana umum saja, bagaimana pula saya menyampaikannya kepada HRD agar mereka tetap tertarik untuk merekrut saya?

Mengenai yang dialami oleh teman saya, apakah mungkin perusahaan tersebut diam-diam “memanfaatkan” ide dari kandidatnya untuk kepentingan perusahaan?

Jawaban:

Saya adalah salah satu praktisi dir dunia SDM yang tidak setuju dengan adanya studi kasus yang mengharuskan kandidat dalam sebuah proses rekrutmen untuk membuat presentasi secara detail terkait dengan kondisi riil yang sedang dihadapi perusahaan.

Meskipun hal itu mungkin dilakukan dengan tujuan untuk menilai secara objektif kemampuan kandidat dalam menganalisa permasalahan dan mengajukan solusi yang aplikatif, tapi permintaan untuk membuat presentasi secara detail atau komprehensif menurut saya agak berlebihan. Berikut beberapa alasannya:

  1. Hal ini akan menyita waktu si kandidat dalam mempersiapkan presentasi tersebut, baik untuk melakukan riset, membuat presentasi, mengedit, dan mempersiapkan penyampaiannya sendiri.
  2. Sebagaimana yang sudah Anda sebutkan, memang betul bahwa ada beberapa perusahaan yang nakal dan mengaplikasikan ide atau solusi yang disampaikan oleh para kandidat dalam presentasinya, tanpa mempekerjakan kandidat yang bersangkutan.

Kalaupun memang harus dilakukan studi kasus, cukup berikan studi kasus yang sifatnya umum, tapi sedikit banyak menggambarkan kondisi perusahaan yang nantinya akan dihadapi oleh si kandidat. Ibaratnya si kandidat dalam presentasi itu hanya diminta untuk melakukan analisa dari studi kasus tersebut dengan menggunakan metode 5W1H (Who, What, When, Where, Why, How). Singkat, sederhana, tapi tidak menghilangkan esensi dari maksud dilakukannya presentasi tersebut, yaitu mendapatkan gambaran objektif mengenai kemampuan komunikasi si kandidat, termasuk pengetahuannya mengenai industri terkait, analisa permasalahan, logika berpikir, serta kreativitasnya dalam mencari solusi yang dapat diaplikasikan.

Nah, bagaimana sekarang kalau seandainya perusahaan bersikeras bahwa para kandidat tetap harus membuat presentasi yang mendetail, seperti misalnya membuat marketing plan yang terperinci?

Langkah terbaik menurut saya, sebaiknya jangan pernah memberikan marketing plan yang terperinci, kecuali Anda telah menandatangani kontrak kerja dengan perusahaan tersebut.

  1. Buatlah marketing plan secara general atau umum dengan memulainya dari apa yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
  2. Bandingkan dengan kondisi yang ada sekarang.
  3. Gap (celah) antara apa yang ingin dicapai perusahaan dan kondisi yang ada sekarang adalah tantangan yang harus Anda carikan solusinya, bisa dengan menggunakan analisa SWOT atau 5W 1H di atas.

Meskipun Anda membuat presentasi ataupun marketing plan secara general, pastikan bahwa Anda membuatnya tetap berdasarkan fakta dan data yang ada dalam kondisi riil. Hal itu akan membuat presentasi ataupun marketing plan Anda terasa lebih aplikatif, meskipun dibuat tidak secara lengkap dan terperinci.

Bila melakukan presentasi, jangan lupa untuk menutup presentasi tersebut dengan membuka kesempatan bertanya bagi para petinggi perusahaan yang hadir. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi Anda untuk menjelaskan poin-poin yang telah Anda presentasikan, sehingga kemampuan Anda dalam menjawab pertanyaan secara komprehensif akan menjadi nilai plus tersendiri yang bisa menutup kekurangan yang mungkin ada dalam presentasi secara umum yang Anda sampaikan.


Tentang Haryo Utomo Suryosumarto

Founder & Managing Director PT Headhunter Indonesia, perusahaan executive search yang mulai berdiri sejak Mei 2009. Lulusan S-1 di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada dan S-2 di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini menggabungkan pengetahuan praktis dan pengalaman profesionalnya di dunia HR selama lebih dari 16 tahun terakhir, untuk memberikan pencerahan berupa tips pengembangan karier melalui berbagai artikel serta workshop/seminar di kampus ataupun lingkungan korporasi.

Comments

comments