5 Kebiasaan Buruk Berkomunikasi yang Harus Ditinggalkan

Kebiasaan Buruk Berkomunikasi

 Artikel ini juga dapat dibaca di  beritagar-logo.

Komunikasi merupakan salah satu kunci utama untuk bertahan dan sukses di dunia kerja. Tak hanya public speaker yang dituntut untuk sering tampil di depan umum, atau pekerja sales yang harus piawai mempersuasi dan bernegosiasi dengan calon klien, setiap orang—apapun pekerjaannya—dianjurkan untuk menguasai skill dasar dan mematuhi etika-etika dalam berkomunikasi.

Anda bisa membina dan menjaga hubungan baik dengan atasan, rekan kerja, maupun klien dengan mulai meninggalkan kebiasaan buruk dalam berkomunikasi. Meskipun beberapa di antaranya terlihat sepele dan mungkin tak Anda sadari, tapi jika tidak ditinggalkan maka kebiasaan-kebiasaan tersebut bisa membawa pengaruh buruk bagi citra dan karier Anda.

Berikut Jobplanet paparkan lima kebiasaan buruk dalam berkomunikasi yang perlu Anda tinggalkan:

1. Sibuk dengan ponsel

Setiap orang punya kesibukan masing-masing. Sering mendapat telepon dari klien adalah hal biasa. Seharian menerima e-mail dari kolega juga bisa dimaklumi. Karenanya, beruntunglah para profesional yang hidup di era teknologi, yang bisa dengan mudah mendapatkan akses informasi dan komunikasi. Meski begitu, mereka tetap harus tahu etika ketika memanfaatkannya.

Seseorang yang terobsesi dengan teknologi sering kali keasyikan menggunakan ponselnya, sampai lupa kalau ia sedang berbicara dengan orang lain. Kebiasaan ini harus segera dihilangkan sebelum berubah menjadi masalah besar. Anda tidak mau kan dianggap tidak profesional oleh klien karena sibuk dengan ponsel Anda pada saat meeting?

2. Membicarakan diri sendiri

Apabila Anda memiliki kepribadian extrovert, berinteraksi dengan orang lain tentu menjadi kegiatan yang memacu energi Anda. Dibandingkan dengan para introvert, Anda cenderung lebih semangat untuk berbicara, dan tidak malu untuk berbagi cerita. Meski demikian, ingatlah bahwa Anda bukan satu-satunya yang punya hak untuk berbicara.

Menanggapi ucapan lawan bicara dengan cerita Anda sendiri—apalagi dengan perasaan “tidak mau kalah”—merupakan kebiasaan yang perlu ditinggalkan. Banyak yang melihat kebiasaan komunikasi ini menjengkelkan, karena Anda terkesan hanya peduli pada diri sendiri dan enggan mendengarkan ucapan lawan bicara.

3. Memotong pembicaraan

Memberikan opini terhadap ucapan lawan bicara sebenarnya bukan sebuah masalah. Bahkan sekalipun opini Anda berseberangan dengannya. Cara ini justru membuat sebuah percakapan jadi lebih berbobot, dan Anda pun tidak terkesan egois dengan hanya membicarakan diri sendiri. Namun, Anda perlu tahu kapan saat yang tepat untuk bersuara.

Coba Anda bayangkan, siapa yang senang berbicara dengan orang yang tidak sabaran? Belum selesai Anda berbicara, ia sudah memotong dan memberikan tanggapan. Ingat, batas toleransi setiap orang berbeda-beda, lho. Jadi, bukan tidak mungkin kebiasaan ini akan menimbulkan konflik di antara Anda dan rekan kerja.

4. Mengenakan headphone

Bekerja sambil mengenakan headphone merupakan hal yang banyak dilakukan karyawan di lingkungan kantor. Memang, dengan gaya bekerja yang beragam, tidak sedikit karyawan yang merasa lebih produktif jika ditemani iringan musik. Namun, ketika atasan atau kolega mengajak berdiskusi, alangkah baiknya jika mereka menghentikan aktivitasnya untuk sesaat.

Selain tidak sopan, mengenakan headphone saat berkomunikasi juga sama saja dengan tidak menghargai lawan bicara. Kebiasaan tersebut juga membuat mereka merasa tidak nyaman, karena khawatir suara mereka tidak didengarkan. Nah, kalau sudah begini, jangan harap orang lain mau menunjukkan respeknya kepada Anda.

5. Menggunakan istilah asing

Setiap bentuk komunikasi memiliki satu tujuan, yakni agar pesan yang kita sampaikan dipahami dengan baik oleh lawan bicara. Apabila Anda menggunakan bahasa atau istilah asing, bukan hanya lawan bicara Anda akan kesulitan memahaminya, tapi lama-lama mereka juga jadi jengkel.

Apabila Anda berbincang dengan kolega yang memiliki latar belakang berbeda, pastikan Anda menghindari istilah-istilah teknis yang belum tentu ia mengerti. Menggunakan istilah asing dengan maksud agar terlihat “keren” mungkin memberi kepuasan bagi Anda, tapi tak ada untungnya bagi lawan bicara Anda.

Kelima hal di atas kerap luput dari perhatian banyak orang. Padahal, dengan menanamkan kebiasaan berkomunikasi yang baik, banyak sekali manfaat yang bisa Anda dapatkan. Salah satunya adalah diberikan kepercayaan oleh orang lain. Apabila Anda bisa mengembangkan relasi, serta menjaganya dengan komunikasi yang baik, niscaya kesuksesan pasti akan mengiringi Anda.

Comments

comments